Favorit Saya

Blogroll

SEBUAH PEMABAHARUAN TENTANG NASYID

Pengantar  ...Bismillahirrahmaanirrahim
  "Rasa syukur yang kita curahkan, tiada sebanding dengan limpahan rahmatnya, kadang kita terbuai, untuk mengingkarinya, terhanyut dalam maksiat dan dosa". Justice Voice... lirik ini menggambarkan sebuah dilema yang ada pada diri kita saat ini. Betapa banyak kita mendapat dan menikmati pemberian dari Nya., namun tanpa sadar kita telah melupakanNya dengan tidak bersyukur kepada Nya. Ataupun hanya mengucapkan saja kalimatul 'Alhamdulillaahirabbil 'alamin' namun tidak mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah fisik seperti solat, puasa, zakat, serta lain-lain.

        Sebuah alunan musik berbaur dengan talenta suara yang kita miliki merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kita sebagai penyasid. Tentu saja kita harus menjaganya agar tidak ada kerusakan dan hilangnya kesempurnaan. Dikarenakan kita berdakwah melalui nasyid, maka agar syair nasyid yang kita lantunkan dinikmati dan diresapi dengan hikmat oleh para pendengar,disamping kualitas dan isi syair yang bagus, tentu kualitas suara juga harus bagus.

         Saya pernah membaca satu tulisan tetang sebuah diskusi. Tulisan ini menarik perhatian saya. Saya ingin, kalian pun tertarik dengan diskusi ini. Diskusi ini berangkat dari satu pertanyaan : Kenapa pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyyah ”kurang begitu populis?” Dan kenapa fikroh-fikroh bathilah (yang tidak benar) justru lebih populis? Padahal, kalau kita cermati (khususnya oleh kalangan terpelajar), banyak sekali pemikiran dan produk-produk ijtihad Ibnu Taimiyyah yang sangat brilian, bahkan banyak pula yang diadopsi oleh para ulama dan kiyai (dalam kenyataannya, meskipun mereka sangat menentang dan anti pati begitu mendengar nama Ibnu Taimiyyah). 
 

Salah satu jawaban yang menarik perhatian saya secara kuat adalah jawaban yang mengatakan : ”Karena Ibnu Taimiyyah tidak didukung oleh banyak penyair, dan hampir tidak ada syi’ir-syi’ir dukungan terhadapnya yang disenandungkan (di-nasyid-kan). Nasyid adalah senandung, ia mirip lagu atau bahkan ia adalah lagu. Karena ia sebuah lagu, ia mudah dihafal, enteng pula dinyanyikan. Ia dapat dilantunkan ketika ia berjalan, ia bisa dikumandangkan saat ia rebahan, bisa juga sambil naik kendaraan, bisa pula sambil menimang anak, bisa pula sambil ini, sambil itu, dan sambil-sambil yang lainnya, namanya juga nasyid. Singkatnya, nasyid mudah sekali populis.

        Karenanya bila kita mampu menggubah satu atau beberapa-apalagi banyak nasyid- yang berisi AL HAQQ, maka mudah sekali AL HAQQ itu populis. 
 
        Ada satu hal lagi barangkali, yang menyebabkan nasyid lebih cepat populis. Masyarakat kita (paling tidak di Jawa), senang sekali mengadakan hajatan: mengkhitankan anak, menikahkannya, walimah aqiqah, peringatan ini, peringatan itu, dan lain sebagainya. Untuk acara hajatan seperti ini, tidak bisa kita paksakan kepada mereka, harus diam tanpa bunyi-bunyian, apalagi di era digital dan teknologi CD /VCD/ MP3 yang gegap gempita ini. Tidak bisa pula kita paksakan harus memutar kaset tilawah secara terus menerus. Masyarakat juga merasa bahwa untuk acara-acara peringatan-peringatan yang bernuansa Islam, tidak pantas pula diputarkan lagu-lagu pop, dangdut, apalagi jazz dan semacamnya. Jadilah nasyid itu suatu alternatif –yang bagi mereka- jalan keluar yang pas.
        
Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau anasyid (jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah nyanyian dalam bahasa arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.

Orang yang menyanyikan nasyid biasanya disebut munsyid, sedangkan arti munsyid itu sendiri adalah orang yang melantunkan atau membacakan syair.

Nasyid tidak hanya sekedar lagu, akan tetapi memiliki nilai spiritual yang tinggi baik dari segi syairnya maupun munsyidnya. Syair atau lirik nasyid harus memiliki pesan ruhani atau pesan islami yang kuat. Imam Al Mawardi mengatakan bahwa syair-syair yang diungkapkan oleh orang-orang Arab lebih disukai apabila syair itu mampu menumbuhkan rasa waspada terhadap tipuan atau rayuan dunia, cinta kepada akhirat, dan mendorong kepada akhlak yang mulia. Kesimpulannya, syair seperti ini boleh jika selamat atau bebas dari kekejian dan kebohongan.

Munsyid yang menyanyikannya harus mencerminkan kepribadian islami yang kuat. Citra islami harus ada pada diri seorang munsyid. Bisa jadi karena niat munsyid dalam bernyanyi yang tidak benar akan mempengaruhi penyampaian nasyid meskipin lirik nasyid tersebut sudah kuat pesan ruhiahnya.

Bagi munsyid, nasyid merupakan salah satu sarana dalam berdakwah. Oleh karena itu, seorang munsyid harus memahami falsafah berdakwah dalam nasyid, yaitu menyampaikan pesan dalam nasyid agar tersampaikan kepada pendengarnya. Seorang munsyid harus mampu membuat pendengarnya tergerak untuk mengingat Allah dan senantiasa berbuat kebaikan. Setiap syair yang dinyanyikan hanya akan sampai ke hati pendengar apabila dinyanyikan dengan hati, maka sudah merupakan kewajiban bagi seorang munsyid untuk mengaplikasikan nasyid yang disampaikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangannya nasyid semakin mendapat tempat di masyarakat. Ini ditandai dengan semakin bertambahnya tim nasyid dari tahun ke tahun dan perlu di catat yang gandrung terhadap nasyid datangnya dari generasi muda. Dari mulai kampus, sekolah, remaja mesjid sampai dengan pesantren tidak ada yang tidak mengenal nasyid.

Di Indonesia khususnya, nasyid dapat disaksikan dalam berbagai style atau gaya penyampaian. Yang telah kita lihat sekarang yaitu :

1. Nasyid yang dibawakan dengan ACAPELLA yang berirama pop mengikuti trend musik yang tengah digandrungi. Pengusung nasyid ini adalah kelompok nasyid : Snada, Gradasi, Mupla, dll. Undecided

2. Nasyid yang dibawakan dengan ACAPELLA dan musik yang minimalis (musik drum saja) dan berirama mars, dengan karakter semangat dan menyeru. Pengusungnya : Izzatul Islam, Ruhul Jadid, Shoutul Harakah

3. Nasyid yang dibawakan dengan perkusi dan kebanyakan berisi puji pujian. Pembawanya adalah : Snada (kadang-kadang), Raihan, The Fikr, Qatrunada, dll. Kiss

4. Nasyid yang dibawakan dengan alat musik lengkap seperti : Bimbo, Hadad Alwi, Saujana, Missile, Brother, Now See Heart, dll.
Shocked

sumber:http://222.124.140.108/forum/index.php?topic=98.0
                  http://radionasyid.multiply.com/journal/item/35/Ustadz_Bicara_Tentang_Nasyid

Dapatkan artikel terbaru via Facebook, Twitter dan Google+ :

Sebarkan jika bermanfaat:
Facebook Twitter Google+ Linkedin Digg
0 Comments
Tweets
Comments

0 Response to "SEBUAH PEMABAHARUAN TENTANG NASYID"

Posting Komentar

write the thing which will be important for all of people

Mengapa para remaja banyak yang terpengaruh pergaulan bebas tanpa batas?