Ada sebuah kisah yang sangat mengharukan. Kisah ini pertama kali aku dapatkan dari cerita seorang teman dekat saya. Sejauh ini tidak diketahui apakah kisah ini nyata atau tidak. Dan semoga kisah ini dapat memberikan hikmah.
Kisahnya begini:
Ada seorang anak yang ibunya memiliki satu mata. Sang ibu begitu mencintai sang anak, sehingga rela melakukan apa saja dan diperlakukan seperti apa pun oleh sang anak. Sang ibu hanya menganggap wajar ketika anaknya merasa malu dengan keadaan ibunya yang hanya bermata satu itu. Bahkan ketika ibunya berkunjung ke sekolahnya hanya untuk mengantarkan bekal anaknya, namun sang anak hanya bersikap dingin dan tidak menghiraukan. Ketika ibunya tiba dan berkata: “Sayang, ini bekal untuk mu, bagaimana dengan sekolahmu? Lancar kan?”.
Anaknya tidak menjawab dan membuag muka, seolah tidak mengenal perempuan yang paruh baya itu. Dan sang ibu hanya tersenyum dengan tingkah anaknya. Tak lama setelah ibunya meninggalkan kelas, teman-teman dari anak-anak bertanya-tanya dengan keheranan bahwa apakah itu ibunya?! Bahkan tidak sedikit yang tersenyum sinis dan mentertawakannya. Sang anak hanya bisa terdiam dan termenung. Namun dalam hatinya dongkol dan merasa kesal dengan ibunya. Dan sebenarnya dia sangat tidak ingin orang lain tahu bahwa itu ibunya, atau bahkan mendatangi sekolahnya.
Ketika anaknya pulang, tanpa pikir panjang langsung mendobrak pintu dan membentak sang ibu yang sedang beristirahat. Sang ibu terkejut dan “shock”.
“Ada apa ank?” Tanya sang ibu.
“Siapa yang minta ibu datang ke sekolahku? Kenapa? Aku malu bu. Aku malu!” bentak sang anak.
“Tapi, mengapa nak? Apakah karena keadaanku yang seperti ini?” sang ibu merendah.
“Iyaaa… aku malu mempunyai ibu yang bermata satu. Aku menyesal. Mengapa aku harus dilahirkan olehmu?!”
Sang ibu hanya bisa sedih, menangis dan tak sanggup menjawab semua celoteh dan keluhan sang anak. Namun ia tetap tegar dan yakin bahwa ini semua adalah ujian yang diberikan oleh Allah. Mulut sang ibu terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu yang sangat rahasia, namun ia mengurungkan niatnya karena alasan tertentu.
Sekarang sang anak sudah menginjak usia dewasa. Di lain sisi, sang anak sangat ingin melanjutkan studinya di luar negeri. Dan mimpi itupun terkabul berkat do’a dan keridhoan ibu kepada sang anak. Sang ibu percaya bahwa suatu saat nanti sang anak akan menjadi orang yang besar dan terkenal.
Sekian tahun sang anak meninggalkan ibunya. terdengar kabar bahwa anaknya sudah kembali negeri asalnya karena sudah berhasil menggapai cita-citanya. Bahkan ia pun sudah menikah dengan wanita yang cantik jelita dan kaya raya. Ketika ibunya mendapatkan alamat rumah baru sang anak, sang ibu langsung bergegas ke sana dan mengunjungi anak satu-satunya. Dengan tetap bersabar menemukan alamat anaknya, akhirnya ketemu. Jalan Jl. Kyai Tapa No. 120 Jakarta.
“Tok tok tok.” Sang ibu mulai mengetok pintu rumah megah itu. Dan seakan-akan ia melihat sebuah istana. Setelah lama menunggu, akhirnya 3 orang cucunya yang baru pertama kali dilihatnya, membukakan pintu rumah yang besar itu. Betapa keheranan ibunya ketika ketiga anak yang meruapakan cucu dari anak kesayangannya itu mentertawakannya. Sudah jelas karena sang ibu bermata satu. Tiba-tiba seorang pria berbadan tegap dan tinggi menghampiri mereka semua. Betapa kesedihan sang ibu bertambah ketika anaknya lupa dengan ibunya sendiri dan membentak sang ibu.
“Siapa kamu? Berani-beraninya kamu datang tak diundang dan menakut-nakuti anakku!” sang anak membentak dengan keras sambil mengempas pintu.
Sang ibu hanya menjawab : “Ma’af, saya salah rumah!”.
Di satu sisi ibunya sangat bahagia melihat cucu-cucunya dan anak kesayangannya sudah hidup tentram dan bahagia. Hidupnya sudah berhasil. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih dan pilu karena anaknya sudah melupakannya. Namun itu semua ia anggap angin lalu saja.
Seketika anaknya ingin berkunjung ke kampung halamannya hanya untuk sekedar ingin tahu. Tapi dia berbohong kepada istrinya bahwa dia ada proyek di luar kota selama seminggu. Sampai di kampung, ia pun mendengar kabar bahwa ibunya telah meniggal dunia. Hingga setakat itu ia tidak merasa sedih dan haru sedikitpun, namun seumur hidup ibunya tidak pernah mencam anaknya bahwa ia adalah anak durhaka. Tiba-tiba ada seorang tetangga yang memberikan surat yang ditulis oleh ibunya. awalnya ia tidak mau membacanya. Namun karena penasaran, ia pun membacanya. Alhasil, ia terharu dan menangis sejadi jadinya. Mengapa ia menangis, dan mengapa perasaan bencinya berubah menjadi rindu dan menyesal atas tingkahnya? Dan apa sebenarnya yang ditulis oleh ibunya? nah, berikut isi suratnya. Mari kita hayati dan resapi.
Anakku sayang. Engkau adalah permata hidupku.
Dan ibu adalah malaikatmu.
Ibu bersyukur bisa melihatmu walau hanya sebentar.
Dan ibu turut senang dan bahagia melihat engkau sudah dewasa dan menikah, bahkan memiliki 3 orang anak yang manis dan lucu.
Ketika ibu mengunjungimu, anakmu menyambutku dengan ramah, walaupun mereka tertawa karena melihat keadaan ibu yang bermata satu. Tapi itu tidak masalah.
Ibu berharap kau tetap bertaqwa kepada Allah, dan jangan membuat kesalahan yang bisa menyebabkan murkanya Tuhan, Istri, dan anak-anakmu.
Semoga kau bahagia dan betambah sukses dengan karirmu.
Walau bagaimanapun ibu merasa bangga padamu dan berharap engkau tidak lupa dengan masa-masa kita bersama dahulu. Tapi, itu semua hanya kengangan yang mungkin tidak harus kau kenang.
Ibu meminta ma’af karena tidak bisa membahagiakan kalian semua.
Sejak kau lahir hingga kau dewasa, tidak ada yang bisa kuberikan selain kasih sayang dan cinta yang tulus hanya untuk kau seorang.
Anakku, ada sesuatu yang sudah saatnya kau mengetahuinya. Ini menyangkut dirimu.
Dahulu ketika kamu kecil, kamu mengalami kecelakaan yang hebat dan mengakibatkan kedua matamu terluka parah.
Sehingga harus dioperasi. Alhasil Alhamdulillah walaupun hanya satu matamu saja yang bisa berfungsi, itu masih bagus.
Namun aku berpikir, apakah jadinya nanti jika kamu tumbuh dewasa hanya dengan sebuah mata saja.
Sehingga ibu memutuskan untuk memberikan satu mata ibu kepadamu agar engkau bisa melihat keidahan dunia dan alam dengan sempurna dan penuh rasa syukur, sehingga engkau tidak menderita.
Dan sejak saat itu engkau pun bisa melihat dengan normal.
Dan kau pun tumbuh dewasa dan berhasil.
Ma’af anak ku, karena sesuatu itulah mata ibu hanya tinggal satu.
Ibu selalu merasa apa yang kau lihat, dan ibu juga merasa melihat bayangannya.
Terima kasih karena kita pernah bersama dahulu.
Dan jika kau menerima surat ini setelah ibu tiada, semoga engkau bisa mengambil hikmahnya.
Ma’afkan aku anakku sayang, ibu selalu mencintai, selalu menyayangimu dan merindukanmu.
Serta ibu sudah mema’afkan segala kesalahanmu tanpa kau minta ma’af kepada ku.
Hati-hati anakku, jaga dirimu. Lakukan yang terbaik dengan apa yang kau punya.
Salam Cinta
Ibu selalu memikirkanmu
source by slideshowing.
Diposting oleh Dhani The Ghost Writer
Follow @MirwanChoky